Newest Post
// Posted by :M Naufal Nibros
// On :Saturday 27 April 2013
Manfaat Taubat
Bisa dibayangkan bila kotoran yang
melekat dibadan itu tidak dibersihkan maka akan menimbulkan beberapa penyakit
pada badan. Akibat buruk dari kotoran tersebut sangat beragam, tergantung
seberapa serius kotoran itu, yang menandakan seberapa ganasnya bakteri/kuman
yang terkandung di dalamnya. Ada banyak tingkatan kotoran/noda/kuman. Kotoran
sapi memiliki tingkatan yang jauh lebih rendah daripada kotoran yang disebabkan
air liur anjing. Karena -seperti kita tahu secara umum- di dalam kotoran sapi
tak ada bakteri/kuman penyebab penyakit syaraf (gila). Sedangkan, dalam hal
noda yang disebabkan jilatan anjing, terdapat bakteri/kuman penyebab penyakit
saraf, rabies (anjing gila). Sebab itu dalam hal pembersihannya pun berbeda
(metode/cara penanggulangannya).
Nah, begitu juga dengan taubat.
Kebutuhan kita akan taubat sama halnya dengan kebutuhan kita akan mandi, atau
kebutuhan kita akan obat di saat kita sakit. Dosa merupakan noda/penyakit yang
melekat pada hati (jiwa). Dosa perlu dibersihkan dari hati/jiwa Anda jika Anda
menginginkan perasaan (hati/jiwa) yang sehat, fresh, damai, tenang,
tentram, sejahtera, dan perasaan positif lainnya.
Ada banyak tingkatan dosa, dan
biasanya dikategorikan berdasarkan tingkat kesalahannya, yakni dosa kecil dan
dosa besar. Sehingga, metode pembersihannya pun berbeda. Namun, artikel ini
tidak akan membahas aneka ragam dosa besar atau dosa kecil. Juga tak akan
membahas metode yang terperinci mengenai cara pembersihan dosa tersebut.
Artikel ini hanya akan membahas metode pembersihan dosa secara umum, meliputi
pembersihan (taubat) paling cepat, praktis, dan efisien. Yaah…, sesuai
dengan teori ekonomi, dengan modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya .
Ada beberapa hal yang perlu
dilakukan oleh seseorang sebelum bertaubat. Hal ini dimaksudkan agar taubatnya
itu menjadi sempurna (terpenuhi/diterima) sehingga pada akhirnya dosa-dosanya
benar-benar diampuni oleh Allah Yang Maha Menerima Taubat. Beberapa hal
tersebut adalah kesadaran, tidak menganggap remeh, sungguh-sungguh,
dan tak berputus asa.
Pertama adalah kesadaran akan keberadaan dosa-dosanya. Sebelum
seseorang bertaubat, ia harus menyadari keberadaan dosa di dalam hatinya.
Kesadaran akan diperoleh dengan cara merenung. Oleh sebab itu, renungkanlah
setiap hal yang telah Anda lakukan, dengan cara bertanya, mengapa? Untuk apa? . Keberadaan dosa dalam diri
seseorang bisa dideteksi dengan adanya gejala-gejala umum sebagai berikut,
yaitu:
- Kegelisahan perasaan (sedih, kesal, kecewa, selalu tidak puas, egois, rakus, dll)
- Kekacauan pikiran (pusing, runyam, mumet, semrawut, stres, frustasi, depresi, dll)
- Aneka kesedihan (terkena penyakit, bangkrut, kecelakaan, dll)
Dan sekiranya seseorang tak dapat
melakukan hal itu -yakni menyadari keberadaan dosanya, maka ketahuilah bahwa
tak ada manusia yang benar-benar bersih dalam kehidupan ini. Nabi Muhammad
sendiri ber-istighfar (berzikir memohon ampunan) sebanyak ±60x dalam sehari.
Apatah lagi dengan manusia semacam kita-kita yang sepertinya secara notabene
telah menganut faham “Tiada hari tanpa berbuat dosa” ?!!
Kedua adalah tidak menganggap remeh terhadap dampak buruk dari
dosa-dosanya tersebut. Tak boleh ada anggapan remeh terhadap dosa (kesalahan)
-meskipun hal itu dosa kecil- yang telah kita perbuat (apatah lagi terhadap
dosa besar?!!). Seperti halnya seorang petani yang menganggap kecil terhadap
segenggam kotoran sapi yang melekat di kakinya, kemudian karena ia
menganggapnya terlalu remeh, ia pun pergi tidur tanpa membersihkannya terlebih
dahulu, sehingga bakteri/kuman dalam kotoran sapi tersebut merambat ke sekujur
tubuhnya dan menciptakan infeksi yang serius, yakni penyakit kulit ganas.
Ketiga adalah sungguh-sungguh dalam memohon ampunan atas
dosa-dosanya. Ini bisa dilakukan dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib
secara rutin sebagaimana telah disebutkan di dalam rukun Islam. Ibadah wajib
tersebut meliputi Shalat,
zakat, puasa Ramadan, dan haji (bila mampu) . Ibadah tersebut harus dilakukan dengan cara
sebaik-baiknya, yakni dengan perlengkapan peribadatan yang halal, kemudian
lakukan se-khusuk (konsentrasi) mungkin, dan harus dengan niat yang ikhlas
(mengharap pahala dari Allah). Ibadah wajib ini lah yang sebenarnya merupakan
metode pembersihan dosa yang paling cepat, praktis dan efisien.
Ketahuilah, bahwa dalam setiap
ibadah itu -termasuk pula dzikir- selalu terdapat proses peluruhan dosa secara
sendirinya (automatis). Dan dalam beberapa hadits disebutkan bahwa kebaikan itu
menghapus keburukan. Sebab itulah kita harus berbuat kebaikan sebanyak mungkin,
sehingga konsekuensi (akibat) dari kebaikan itu sendiri -yang juga berupa
kebaikan- akan kita peroleh, yang salah satunya berbentuk peluruhan dosa-dosa
kita.
Meskipun pada hakikatnya Allah tak
pernah butuh ibadah kita, namun ibadah itu merupakan wujud pengabdian kita
kepada-Nya. Kita hanya diminta rasa syukur (terima kasih) kita kepada-Nya
(sebagai adab sopan santun) atas beragam nikmat yang kita peroleh (mata,
telinga, waktu/kesempatan, dan lainnya). Namun perlu saya ingatkan sekali lagi,
bahwa ibadah wajib ini harus dilaksanakan dengan perasaan ikhlas, semata-mata
ingin mengharap ridla (kerelaan, pahala, ampunan) dari Allah swt., dan bukannya
dilakukan dengan niat pamer, atau agar bisa disebut ahli ibadah, dan niat
lainnya yang tak pantas dijadikan latar belakang suatu ibadah.
Keempat adalah tidak berputus asa. Sekalipun seseorang itu memiliki
dosa sepenuh bumi, maka hendaklah ia tidak berputus asa untuk bertaubat.
Ampunan Allah sangatlah luas. Allah mengampuni semua dosa, kecuali dosa karena
syirik (menyekutukan Allah dengan lainnya, seperti menganggap Tuhan itu
Bertiga, menganggap ada yang menandingi Sifat Allah, dan wujud persekutuan
lainnya yang tak pantas disandangkan kepada-Nya), dosa jenis ini hanya bisa
dibersihkan dengan cara berhenti berbuat syirik.
Kemudian, hendaklah seseorang jangan
berpikiran pesimis (sempit) tentang berapa banyak waktu yang telah digunakannya
untuk berbuat dosa, namun hendaklah ia berpikiran optimis (maju) tentang berapa
banyak waktu yang ia miliki untuk memperbaiki atau menghapus kesalahan-kesalahannya
(bertaubat). Hal ini dimaksudkan agar ia tak berputus asa dari luasnya Ampunan
Allah.
Jika seseorang telah bertaubat, lalu
berbuat dosa lagi, maka bertobatlah lagi, dan jika berbuat dosa lagi maka
bertaubatlah lagi, dan seterusnya. Sampai kapan? Tentu saja sampai ia
menyelesaikan kehidupannya (mati). Sama seperti kita yang mandi tiap hari. Sampai
kapan kita mandi? Tentu saja sampai kita berhenti hidup (mati). Karena
kalau sampai kita berhenti mandi di saat masih hidup, huh, bau dong! Dan kita akan mudah terserang
penyakit. Begitu juga dengan taubat, kalau kita berhenti bertaubat selama kita
masih hidup, maka akan banyak penimbunan dosa di hati kita… yang ujung-ujungnya
kita sendiri yang terkena dampak negatifnya (gelisah, stress, frustasi,
emosional, dll).
Ketahuilah, kita tak akan pernah
bisa terlepas dari ragam kesalahan (paling tidak yang terkecil sekalipun),
seperti tubuh kita yang tak akan pernah bisa terlepas dari kotoran/noda/polusi
lingkungan sekitar, yang mengharuskan kita mandi tiap hari. Begitu pula dengan
sebab keharusan kita bertaubat setiap hari dan di setiap ada kesempatan.
Allah menerima Taubat (permohonan
ampun) hambanya selama nafasnya belum sampai di kerongokongan (sekarat mau
mati), artinya selama ia masih punya kesempatan untuk bertaubat, lalu melakukan
taubat, maka kemungkinan besar akan diampuni oleh-Nya (diterima taubatnya).
Namun, ketika seorang yang berdosa tidak melakukan taubat hingga ajal
menjemputnya, maka tak ada Taubat lagi baginya.
Lalu, berapa lama jangka waktu
(tempo) yang kita miliki untuk bertaubat? Jawabannya, sangat panjang, yakni
seumur hidup kita. Sebab itu, hanya orang-orang yang mati dalam keadaan “belum
bertaubat” lah yang pantas untuk menyesal dan berputus asa. Sedangkan kita ‘kan
masih hidup, ngapain capek-capek harus menyesal ketika sudah mati (dan
dimasukkan ke Neraka)?
Sebelum nasi menjadi bubur, masih
bisa dilakukan perubahan. Selama masih ada kesempatan, kita masih bisa merubah
keadaan diri kita. Sekarang tergantung diri kita sendiri, mau bertaubat -sebagai wujud perbaikan kesalahan
dan penghapusan dosa kita-
atau mau memperparah keadaan kita. Orang pintar itu selalu melihat peluang,
namun orang yang benar-benar jenius itu selalu berusaha menggunakan peluangnya
sebaik (maksimal) mungkin tanpa memperhatikan berapa kegagalan yang telah ia
peroleh.
Begitulah cara bertaubat. Anda tak
boleh menganggap remeh perkara taubat ini, karena taubat adalah kebutuhan
ruhaniah (jiwa) Anda. Sama halnya dengan perkara mandi, Apakah Anda pernah
menganggap sepele tentang mandi? Anda –sebagai orang sehat- tentu akan
memperhatikan secara detil tentang masalah pembersihan badan (mandi) ini. Anda
akan memperhatikan jenis sabun yang akan digunakan, juga kualitas air
(keasamannya, dan ada tidaknya zat pencemar di dalamnya), dsb. Nah, itulah juga
yang diperlukan dalam taubat. Perhatikanlah ibadah Anda, renungkanlah wujud
pengabdian Anda kepada Allah.
Kita harus melakukan Taubat setiap
hari dan di setiap ada kesempatan, seperti halnya kita membersihkan tubuh kita
setiap hari (yakni dengan cara mandi) dan saat kita menyadari akan keberadaan
kotoran padanya (yakni dengan cara membasuhnya).
Jiwa adalah sesuatu yang sangat
sensitif. Dan Anda harus selalu merawatnya dengan cara membersihkan dan
berusaha menghilangkan beragam penyakit di dalamnya (penyakit hati). Inilah
yang harus Anda lakukan jika Anda menganggap jiwa Anda sebagai sesuatu yang
berharga.
Hidup itu sangat fleksibel. Meskipun
manusia itu tak bisa mengubah masa lalunya, namun ia SELALU bisa mengubah masa
depannya dengan kesempatan yang ia miliki. Dengan satu pengecualian saja, yakni, kecuali jika dia tak
mau mengubahnya.